Selasa, 13 Mei 2014

Komponen jaringan V-SAT


Komponen VSAT


A. HUB STATION

Hub mengontrol seluruh operasi jaringan komunikasi. Pada hub terdapat sebuah server Network Management System (NMS) yang memberikan akses pada operator jaringan untuk memonitor dan mengontrol jaringan komunikasi melalui integrasi perangkat keras dan komponen-komponen perangkat lunak. Operator dapat memonitor, memodifikasi dan mendownload informasi konfigurasi individual ke masing-masing VSAT. NMS workstation terletak pada user data center.
Stasiun hub terdiri atas Radio Frequency (RF), Intermediate Frequency (IF), dan peralatan baseband. Stasiun ini mengatur multiple channel dari inbound dan outbond data. Pada jaringan private terdedikasi, hub ditempatkan bersama dengan fasilitas data-processing yang dimiliki user. Pada jaringan hub yang dibagi-bagi, hub dihubungkan ke data center atau peralatan user dengan menggunakan sirkuit backhaul terrestrial.
Peralatan RF terdiri atas antenna, low noise amplifier (LNA), down-converter, up-converter, dan high-power amplifier. Kecuali untuk antena, subsistem RF hub pada umumnya dikonfigurasi dengan redundancy 1:1. Peralatan IF dan baseband terdiri dari IF combiner/divider, modulator dan demodulator, juga peralatan pemroses untuk antarmuka channel satelit dan antarmuka peralatan pelanggan. Unit antarmuka satelit menyediakan kontrol komunikasi menggunakan teknik multiple akses yang sesuai.
Sistem Hub VSAT
Sistem Hub VSAT
Unit peralatan pelanggan menyediakan antarmuka ke peralatan host pelanggan dan emulasi protokol. Peralatan baseband pada hub dirancang dalam gaya modular untuk mendapatkan pertumbuhan jaringan yang mudah dan pada umumnya diberikan dengan skala 1:1 atau 1:N redundant configuration.
Berdasarkan keperluannya, HUB terbagi menjadi dua jenis :
1.Dedicated Hub
  • Hub dimiliki dan digunakan sepenuhnya oleh jaringan sebuah perusahaan.
  • Jaringan VSAT merupakan aset perusahaan dan sepenuhnya dikontrol dan diatur oleh perusahaan.
  • Letak Hub biasanya dikantor pusat perusahaan.
  • Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sangat mahal.
2.. Shared Hub
  • Jaringan VSAT dimiliki dan dioperasional oleh operator VSAT.
  • Sebuah Hub digunakan bersama oleh beberapa perusahaan kecil.
  • Perlu koneksi ke Hub karena lokasi Hub diluar perusahaan.
  • Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pengguna jaringan VSAT relatif murah karena cukup mengeluarkan biaya sewa saja.
Penjelasan lebih detail mengenai Hub Station akan dilanjutkan pada bagian tersendiri.
B. REMOTE STATION

Komponen Remote VSAT
Komponen Remote VSAT

Sebuah remote VSAT memiliki komponen-komponen sebagai berikut.
Outdoor Unit (ODU)
Terdiri atas antena dan Radio Frequency Transmitter (RFT).
a. Antena
Antena  berfungsi untuk memancarkan dan menerima gelombang radio RF. Antena yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu sebuah solid dish antenna yang memiliki bentuk parabola.
Fungsi antena pada komunikasi VSAT adalah sebagai berikut :
  • Memancarkan gelombang radio RF dari stasiun bumi ke satelit yang mana besar frekuensinya dari 5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz.
  • Menerima gelombang radio RF dari satelit ke stasiun bumi yang mana besar frekuensinya dari 3,7 GHz sampai dengan 4,2 GHz.
Bagian antena terdiri atas reflektor, feedhorn, dan penyangga. Ukuran piringan antena atau dish VSAT berkisar antara 0,6 – 3,8 meter. Ukuran dish sebanding dengan kemampuan antena untuk menguatkan sinyal.

Antena VSAT
Antena VSAT
Feedhorn dipasang pada frame antena pada titik fokusnya dengan bantuan lengan penyangga. Feedhorn mengarahkan tenaga yang ditransmisikan ke arah piringan antena atau mengumpulkan tenaga dari piringan tersebut. Feedhorn terdiri atas sebuah larik komponen pasif microwave.
b. RFT
RFT dipasang pada frame antena dan dihubungkan secara internal ke feedhorn. RFT terdiri atas:
o Low Noise Amplifiers (LNA)
LNA  berfungsi memberikan penguatan terhadap sinyal yang datang dari satelit melalui antena dengan noise yang cukup rendah dan bandwidth yang lebar (500 MHz).
Lemahnya sinyal dari satelit yang diterima oleh LNA disebabkan oleh faktor berikut:
  • Jauhnya letak satelit, sehingga mengalami redaman yang cukup besar disepanjang lintasannya.
  • Keterbatasan daya yang dipancarkan oleh satelit untuk mencakup wilayah yang luas.
Untuk dapat memberikan sensitivitas penerimaan yang baik, maka LNA harus memiliki noise temperatur yang rendah dan mempunyai penguatan / gain yang cukup tinggi (Gain LNA = 50 dB). LNA harus sanggup bekerja pada band frekuensi antara 3,7 GHZ sampai dengan 4,2 GHz (bandwidthnya 500 MHz).
Salah satu jenis LNA yaitu Parametrik LNA. Parametrik LNA yaitu LNA yang menggunakan penguat parametrik untuk penguat pertamanya dan penguat transistor biasa pada tingkat keduanya. Penguatan pertama (parametric amplifier) memberikan penguatan 15 sampai dengan 20 dB dan penguatan transistor memberikan penguatan 35 sampai dengan 40 dB, sehingga total penguatannya sebesar 55 dB.

o Solid State Power Amplifier (SSPA)
SSPA berfungsi untuk memperkuat daya sehingga sinyal dapat dipancarkan pada jarak yang jauh. SSPA ini merupakan penguat akhir dalam rangkaian sisi pancar (transmit side) yang merupakan penguat daya frekuensi sangat tinggi dalam orde Gega Hertz.
Tujuan penggunaan SSPA adalah untuk memperkuat sinyal RF pancar pada band frekuensi 5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz dari Ground Communication Equipment (GCE) pada suatu level tertentu yang jika digabungkan dengan gain antena akan menghasilkan daya pancar (EIRP) yang dikehendaki ke satelit.
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam mengoperasikan penguat daya frekuensi tinggi , diantaranya :
  • Besar daya output yang dihasilkan
  • Lebar band frekuensi yang harus dicakup
  • Pengaruh intermodulasi yang muncul
  • Input dan output Back – off
Up / Down Converter
Perangkat ini dikemas dalam satu kemasan tetapi memiliki dua fungsi yaitu sebagai up converter dan sebagai down converter.
1. Up Converter
Berfungsi untuk mengkonversi sinyal Intermediate frequency (IF) atau sinyal frekuensi menengah dengan frekuensi centernya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF Up link (5,925 – 6,425 GHz).
Up Converter
Up Converter
2. Down Converter
Berfungsi untuk mengkonversi sinyal RF Down link (3,7 MHz – 4,2 MHz) menjadi sinyal Intermediate Frequency dengan frekuensi center sebesar 70 MHz.

Down Converter
Down Converter
Indoor Unit (IDU)
Modem VSAT merupakan perangkat indoor yang berfungsi sebagai modulator dan demodulator. Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal IF pembawa yang dihasilkan oleh synthesiser. Frekuensi IF besarnya mulai dari 52MHz sampai 88MHz dengan frekuensi center 70 MHz. Sedangkan demodulasi adalah proses memisahkan sinyal informasi digital dari sinyal IF dan meneruskannya ke perangkat teresterial yang ada. Teknik Modulasi yang dipakai dalam modem satelit yaitu modulasi dengan sistem PSK ( Phase Shift keying ).
Contoh Modem Satelit
Contoh Modem Satelit
Lebih jauh lagi fungsi dari Modulator dan Demodulator yakni:
 Modulator
Modulator berfungsi untuk mencampurkan sinyal informasi digital dari perangkat teresterial kedalam sinyal IF 70MHz yang dihasilkan dari dalam modem.
Diagram Blok Modulator
Diagram Blok Modulator
Pada proses modulasi sinyal data masuk melalui port Interface kemudian diteruskan ke bagian Digital to Analog Converter dan diubah menjadi sinyal analog I dan sinyal Q. Sinyal I dan sinyal Q mempunyai amplitude yang sama tetapi memiliki fase yang berbeda. Sinyal I & Q diperkuat, difilter kemudian dicampur dengan sinyal IF dari sinthesizer sehingga dihasilkan sinyal IF termodulasi. Sinyal IF kemudian dikuatkan dan diatur powernya oleh bagian TX control dan kemudian diteruskan ke port IF Output di bagian belakang modem.
Demodulator
Demodulator menerima sinyal dari RFT dalam range frekuensi IF dan melakukan demodulasi pada sinyal untuk memisahkan user traffic signal dari carrier.
Digram blok Demodulator
Digram blok Demodulator
Pada proses demodulasi, sinyal IF yang diterima di masukan ke rangkain AGC. Rangkaian AGC ini berfungsi untuk mengatur kekuatan sinyal IF yang akan didemodulasi. Rangkain AGC dikontrol oleh bagian A/D converter.
Sinyal IF yang sudah disesuaikan levelnya kemudian dicampur dengan sinyal dari sintisiser sehingga menghasilkan sinyal I dan sinyal Q. Kemudian sinyal ini dikuatkan dan difilter, setelah itu sinyal I & Q masuk ke bagian A/ D converter sehingga didapatkan sinyal data digital, kemudian sinyal data digital diteruskan ke bagian interface dan diteruskan ke port interface.
Pemilihan modem VSAT menentukan jenis teknologi VSAT yang digunakan. Sebuah modem dispesifikasikan berdasar teknik akses, protokol-protokol yang dapat ditangani, dan banyak interface port yang dapat didukung.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan modem sebagai berikut:
- Link Budgets. Meyakinkan bahwa perlengkapan RF akan menyediakan kebutuhan topologi jaringan dan modem satelit yang digunakan link Budget memperkirakan stasiun bumi dan satelit EIRP yang dibutuhkan.
- Equivalent Isotropically Radiated Power (EIRP), yaitu tenaga yang ditransmisikan dari objek yang ditransmisikan. Satelit EIRP dapat didefinisikan sebagai jumlah dari tenaga output amplifier satelit, dan tenaga output dari antena satelit (selisih antara tenaga masuk dan tenaga keluar)
Perhitungan level sinyal melalui sistem ( Stasiun bumi asal – satelit – stasiun bumi penerima ) untuk memastikan kualitas layanan yang harus dilakukan terutama untuk pembentukan link satelit.
Proses Transmisi Sinyal Satelit
1. Data yang akan ditransmisikan dari perangkat remote/user, terlebih dahulu memasuki modem. Dalam modem ini data dimodulasi. Proses modulasi ini menggunakan teknik PSK. Modulasi ini bertujuan untuk mentranslasikan gelombang frekuensi informasi ke dalam gelombang lain pada frekuensi yang lebih tinggi untuk dibawa ke media transmisi.
2. Setelah data tersebut dimodulasi, selanjutnya akan memasuki perangkat yang disebut RFT ( RF Transceiver) atau driver. Dalam RFT ini terdapat Up dan Down Converter. Untuk proses transmit yang digunakan adalah Up Converter. Up Converter ini berfungsi untuk mentranslasikan sinyal dari frekwensi menengah IF (Intermediate Frequency) menjadi suatu sinyal RF (Radio Frequency). Output sinyal yang dihasilkan adalah 5925 – 6425 MHz.
3. Proses selanjutnya adalah memasuki SSPA (Solid State Power Amplifier) yang berfungsi sama dengan HPA yaitu untuk memperkuat sinyal RF agar dapat diterima oleh satelit.
4. Sinyal masuk ke dalam feedhorn, sinyal dari feedhorn dipantulkan ke satelit dengan antena.
Blok Diagram IDU-ODU
Blok Diagram IDU-ODU

Proses Receive Sinyal Satelit
1. Antena menerima sinyal dari satelit, sinyal yang diterima antena kemudian dipantulkan ke feedhorn.
2. Dari Feedhorn, sinyal diteruskan memasuki LNA (Low Noise Amplifier). Dimana LNA ini berfungsi untuk menekan noise dan memperkuat sinyal yang diterima.
3. Dari LNA sinyal diteruskan memasuki Down Converter yang berfungsi untuk mentranslasikan sinyal RF menjadi sinyal IF.
4. Setelah memasuki Down Converter, maka sinyal IF memasuki perangkat modem untuk melakukan proses demodulasi, dimana prose demodulasi itu dimaksudkan untuk memisahkan antara sinyal carrier dengan informasi yang ada di dalamnya.
5.Informasi yang sudah terpisah dari sinyal carrier kemudian diteruskan ke perangkat user seperti Router , Multiplexer, dan sebagainya.
C. SATELIT
Satelit Geostasioner merupakan segmen angkasa pendukung layanan VSAT. Orbit ideal untuk satelit komunikasi adalah geostasioner, atau yang relatif statis terhadap bumi. Satelit yang digunakan untuk komunikasi hampir selalu berada pada orbit geostasioner secara eksklusif, berlokasi sekitar 36.000 km diatas permukaan bumi. Oleh karenanya disebut Satelit geostasioner karena satelit tersebut selalu berada di tempat yang sama sejalan dengan perputaran bumi pada sumbunya.
Gambaran visual Satelit Indonesia
Gambaran Visual Satelit Indonesia
Sesuai dengan kesepakatan International Telecommunication Union (ITU), untuk menghindari terjadinya interferensi, setiap satelit ditempatkan dengan jarak dua derajat terpisah sehingga jumlah satelit maksimum yang dapat dioperasikan sebanyak 180 satelit.
Bagaimana pun, dengan pandangan untuk memaksimalkan penggunaan slot orbital, penempatan satelit secara bersama-sama dilakukan secara menyebar. Penempatan satelit secara bersama-sama dipisahkan 0,1 derajat di angkasa atau hampir sekitar 30 km. Interferensisinyal dari penempatan satelit bersamaan dicegah dengan menggunakan polarisasi ortogonal. Pada saat bersamaan perlengkapan stasiun bumi dapat menerima sinyal dari dua lokasi satelit tanpa orientasi ulang dari antena. Sinyal dapat di-diferensiasikan berdasarkan polarisasinya.
Segmen angkasa tersedia dari organisasi yang telah mendapatkan satelit, mengatur peluncuran, dan memimpin tes awal dalam orbit dan kemudian mengoperasikan satelit-satelit ini secara komersial.
Fungsi utama satelit dikerjakan oleh transponder. Ada beberapa transponder atau repeater dalam badan satelit. Transponder ini memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
  • Penerima sinyal
Transponder menerima sinyal yang di uplink oleh VSAT atau Hub.
  • Translasi frekuensi
Frekuensi dari sinyal yang diterima ditranslasikan ke frekuensi yang berbeda, dikenal sebagai frekuensi downlink. Translasi frekuensi meyakinkan bahwa tidak ada feedback positif dan juga menghindari interferensiisu yang terkait.
  • Penguatan
Transponder juga menguatkan sinyal downlink.
Sejumlah transponder menentukan kapasitas satelit. Kapasitas transponder satelit untuk satelit generasi Palapa B yaitu terdiri dari 24 transponder yang terbagi atas 12 transponder untuk polarisasi horizontal dan 12 transponder untuk polarisasi vertikal. Tiap transponder memiliki bandwith 40 MHz.
Jenis band frekuensi Satelit sebagai berikut:
Frequency Band Uplink (GHz) Downlink (GHz)
C-Band 5.925 sampai 6.425 3.700 sampai 4.200
Ext- C-Band 6.725 sampai 7.025 4.500 sampai 4.800
Ku-Band 14.000 sampai 14.500 10.950 sampai 11.700
Pada komunikasi VSAT ada yang disebut up link dan down link. Up link adalah sinyal RF yang dipancarkan dari stasiun bumi ke satelit. Down link adalah sinyal RF yang dipancarkan dari satelit ke stasiun bumi .

Up Link dan Down Link
Up Link dan Down Link
Di dunia Internasional, KU-Band adalah band frekuensi yang populer. KU-Band dapat mendukung trafik dengan ukuran antena yang lebih kecil dibandingkan C-Band atau Ext-C-Band. Tapi Ku-Band tidak tahan terhadap curah hujan tinggi sehingga tidak sesuai untuk digunakan di daerah Asia Tenggara. Keunggulan dan kekurangan masing-masing band frekuensi tersebut secara rinci adalah seperti berikut:
Frekuensi
Keunggulan
Kekurangan
C-Band · World wide availability · Teknologi yang termurah
· Tahan dari redaman hujan
· Antena berukuran relatif lebih besar · Rentan terhadap interferensi dari satelit tetangga dan terrestrial microwave
Ku-Band · Kapasitas relatif besar · Antena berukuran relatif lebih kecil (0,6 – 1,8 m) · Rentan dari redaman hujan · Availability terbatas (faktor regional)
Pada intinya satelit menyediakan dua sumber daya, yaitu bandwidth dan tenaga amplifikasi. Pada kebanyakan jaringan VSAT, tenaga memiliki sumber daya yang lebih terbatas dibandingkan dengan bandwidth dalam transponder satelit.

Anatomi Satelit

Kamis, 08 Mei 2014

SETTING MODEM HX 50 HUGHES


SETTING MODEM HX 50 HUGHES


 1. Isi IP pada search engine
pada step ini adalah tahap awal untuk kita membuka tampilan modem yang selanjutnya akan kita gunakan untuk melihat display signal.

Gambar 1.1 MOZILA FIREFOX
Gambar 1.1 MOZILA FIREFOX
Pada tahap ini kita hanya memasukan ip modem agar kita bisa masuk ke dalam tampilan setting modem yang nanti akan kita set.

2. Tampilan HUGHES 
Setelah step 1 berhasil maka akan muncul tampilan modem hughes, setelah itu klik gambar orang pada tampilan hughes, agar mudah dimengerti berikut gambarnya :

Gambar 1.2 tampilan menu modem hughes


3. Menu Hughes
tahap ini adalah tahap dimana pertama kali kita masuk ke menu selanjutnya, pada tahap ini kita akan mengklik menu installation agar kita masuk ke menu selanjutnya, berikut gambarnya :

Gambar 1.3 menu installation



















pada menu ini ada satu yang tertinggal yaitu beri tanda ceklist pada menu enable auto refres dan beri angka 1 pada internal (sec) hal ini dimaksudkan agar persetiap second maka tampilan akan merefresh secara otomatis.

4. Menu SETUP
pada menu setup adalah menu dimana menu yang digunakan untuk pengaturan pointing v-sat yang didalamnya banyak terdapat tools yang berguna dalam operasional nantinya.

Gambar 1.4 menu setup

 
menu setup adalah menu dimana pintu awal kita untuk memasuki tahap pointing yang didalamnya banyak terdapat tools yang banyak kita gunakan untuk senset modem hx 50

5. menu ANTENNA POINTING
pada saat kita mengklik menu setup maka kita dihadapkan pada tampilan windows baru. langsung saja cekedot.

Gambar 1.5 menu antenna pointing


 
6. menu antenna pointing - NEXT
pada menu antenna pointing kita tidak lagi bermain di menu atau windows lagi melainkan kita dihadapkan pada comand atau perintah untuk intruksi selanjutnya berikut tampilannya (cekedot).

Gambar 1.6 next pada menu antenna pointing

7. menu antenna pointing - next - DISPLAY SIGNAL STRENGTH
pada command display signal strength ini kita gunakan untuk menampilkan indikator signal yang kita gunakan untuk melihat parameter signal untuk mengetahui sejauh mana signal yang kita perolah dari pointing yang kita lakukan. berikut gambarnya cekedot.

Gambar 1.7 perintah display signal strength

8. windows SIGNAL QUALITY
window berikut adalah parameter signal yang akan kita gunakan sebagai salah satu acuan kita mempointing v-sat walaupun ada cara lain yang bisa digunakan untuk menampilkan parameter tersebut namun menurut saya cara ini termasuk cara yang mudah jelas dan singkat untuk menampilkan indikator signal.

Selasa, 06 Mei 2014

V-SAT


Instalasi dan Konfigurasi VSAT

VSAT IP adalah layanan last mile pelanggan dan backbone internal IM2 dengan memanfaatkan teknologi VSAT IP DVB RCS. Sistem ini dibangun berbasiskan produk NERA dari Norwegia dengan alokasi frekuensi C Band. Layanan ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai last mile untuk aplikasi : transfer data, voice (VoIP) dan VPN. Khusus layanan non VPN dapat dilengkapi dengan fitur penunjang yaitu TCP accelerator system client server dan TCP accelerator system proxy (gateway).
Merakit Antena:
  1. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memeriksa kelengkapan pendukung reflektor/dish  antena, seperti Pedestal, baut-baut, feedhorn dan LNB.
  2. Apabila di lokasi tersebut berupa tanah maka buatlah pondasi sesuai ukuran pedestal yang telah ditetapkan (ukuran standart 2m x 2m).
  3. Penggabungan antar segmen pedestal, reflektor, feed horn serta LNB harus benar-benar terpasang dengan baik dan kencang, usahakan tidak ada baut-baut yang kendor atau tidak terpasang.
  4. Perakitan Pedestal / boom antena harus tegak lurus ( 90 derajat ) dengan garis horizontal bumi, gunakan water pass / angle meter untuk levelingnya, tujuannya agar pada saat pointing diperoleh kemiringan reflektor yang akan optimal.
  5. Setelah antena terakit dengan benar, persiapkan satu kabel RF pendek dan hubungkan antara LNB ke perangkat spectrum analizer atau satellite finder. Tentukan arah polarisasi pada feedhorn sesuai dengan transponder yang akan kita gunakan, dalam hal ini transponder 4H dengan polarisasi horizontal.
  6. Tentukan frekuensi dan transponder di Satellite yang akan kita cari, dalam hal ini Satellite Palapa C2 transponder 4H dengan center frekuensinya FWD RF=3,840Ghz / Lband=1298Mhz dengan simbol rate 8.7 Msps.
Pointing
  1. Sebelum melakukan pointing, harus diketahui terlebih dahulu posisi sudut azimut dan sudut elevasi untuk satellit yang akan digunakan / diterima pada suatu daerah dimana stasiun bumi / VSAT akan didirikan.
  2. Langkah pertama dalam melakukan pointing adalah dengan menentukan sudut azimut reflektor secara kasar dengan menggunakan kompas. Arah 0 derajat dimulai dari arah utara, kemudian ke arah timur adalah positif dan bila ke arah barat adalah negatif.
  3. Langkah pertama dalam melakukan pointing adalah dengan menentukan sudut azimut reflektor secara kasar dengan menggunakan kompas. Arah 0 derajat dimulai dari arah utara, kemudian ke arah timur adalah positif dan bila ke arah barat adalah negatif.
  4. Selanjutnya adalah melakukan pointing receive dan transmit. Untuk melakukan pointing halus, dibutuhkan peralatan sebagai berikut :
    (Spektrum analyzer atau Satellite Finder, DC blok dengan catu daya, LNB dan BUC, Kabel pointing, Terminal Nera/modem)
  5. Keluaran dari LNB dihubungkan melalui kabel pointing ke DC blok dan dari DC blok dihubungkan ke Spektrum analyzer.
    ”Perhatikan ; konektor F type dengan tegangan V= + 18 Vdc ke arah LNB dan konektor N type tanpa tegangan V=0 volt ke arah Spektrum analyzer. Apabila menggunakan satellite finder, hubungkan keluaran LNB ke Satellite finder dengan konektor F type ( satellite finder sudah mensuplai tegangan dc 13/18V”.
  6. Kemudian lakukan pointing receive untuk mengarahkan antena ke satelit, caranya dengan memutar azimut dan elevasi secara perlahan hingga diperoleh sinyal dari satelit yang dicari, langkah yang tepat adalah putar sudut elevasi setelah mendapat sinyal hingga maximum kencangkan baut elevasi kemudian putar sudut azimut setelah mendapat sinyal maksimum kencangkan baut azimut kemudian putar polarisasi feedhorn hingga mendapat sinyal yang maksimum, langkah tadi dilakukan secara berulang-ulang hingga diperoleh sinyal receive yang paling maksimum.
Crosspole
  1. Hubungkan input BUC pada feedhorn melalui kabel transmit ke peralatan Terminal Nera pada keluaran yang berlabel TX, kemudian hubungkan output LNB melalui kabel receive ke input Terminal berlabel RX.
  2. Selanjutnya hidupkan perangkat Terminal Nera, untuk menerima sinyal dari satellite di transponder yang telah ditentukan. Untuk melihat SNR di terminal gunakan perintah dvb rx show.
  3. Lakukan crosspole dengan Pure carrier / CW sesuai dengan frekuensi dan petunjuk dari NCC PT.Indosat. Untuk melakukan CW dari terminal gunakan perintah dvb tx cw on (level tx) (freq).
  4. Kencangkan baut-baut azimut, elevasi dan feedhorn setelah diperoleh crosspole dengan hasil yang sesuai dengan rekomendasi NCC PT.Indosat dan mintalah printout hasil crosspole tersebut dari NCC PT.Indosat.
  5. Gunakan sealant / 3m tape untuk membungkus konektor f type di BUC dan LNB agar tidak kemasukan air pada saat hujan.
Konfigurasi terminal dengan Command Line Interface
Command Line Interface dapat diakses melalui telnet atau port RS323. Dalam hal ini parameter
penting yang harus dilakukan yaitu :
  1. Start up Sequence
    Pada saat terminal di hidupkan (turn on), maka Boot SW akan melakukan proses start up. Dan selanjutnya aplikasi DVB RCS akan meng-inisialisasi file system, dan merestore semuan parameter konfigurasi terminal, melakukan inisialisasi konfigurasi, dan receive transmit signal untuk logon ke gateway (apabila di set autostart). Selanjutnya system akan meminta memasukkan usename dan password (Username: root, password: near / balder1)
  2. Konfigurasi IP
    Ada dua Ip yang harus di set up di terminal DVB RCS, yaitu IP LAN (eth) dan IP SNMP (DVB). Caranya yaitu :
    a. Set IP LAN (eth)
    # ip set <ifnum> <ipaddr> <mask>
    contoh : # ip set 1 219.83.112.161 255.255.255.248
    b. Set IP SNMP (dvb)
    # ip set <ifnum> <ipaddr> <mask>
    contoh : # ip set 3 10.10.40.30 255.255.255.248
    Setelah itu save konfigurasi dengan menggunakan command #save config Dan untuk melihat hasil konfigurasi ip yg sudah di set dapat menggunakan command #ip show.
  3. Parameter Forward Link
    Paremeter ini di gunakan untuk mengidentifikasi forward link yang di transmitdari gateway. Diantaranya adalah :
    a. Set Symbol rate : dvb rx symbrate <symbrate> (dalam symbols per sec)
    b. Set Frekwensi : dvb rx freq <freq> (dalam KHz)
    Contoh :
    # dvb rx symbrate 28000000 (artinya set symb rate 28 Msps)
    # dvb rx freq 3840000 (artinya set frek 2840 MHz)
    # save config
    # dvb rx show
  4. Out Door Unit Parameter
    Parameter ini digunakan untuk mengkonfigurasi ODU yang di gunakan. Dalam hal ini command yang di gunakan adalah sebagai berikut :
    # odu antenna 5
    # odu lnb 80
    # odu txtype 81
    # odu txlo 4900 (artinya set local oscilator BUC pada 4900 MHz)
    # odu lnbdc 1 (untuk mengaktifkan tegangan dc pada RX terminal, 0=off, 1=on)
    # odu txdc 1 (untuk mengaktifkan tegangan dc pada TX terminal, 0=off, 1=on)
    # save config
  5. Posisi Terminal
    Parameter ini didapat dengan menggunakan GPS (Global Positioning system) pada saat instalasi, parameter ini menggambarkan posisi terminal (antenna) yang sedang di instalasi. Dalam hal ini command yang di gunakan adalah :
    # dvb pos alt <height>
    Dimana height adalah ketinggian dari permukaan laut (meter).
    # dvb pos lat 7 19 17 1
    # dvb pos long 11 29 85 0
    # dvb pos alt 571
    # save config
    # dvb pos show

Restart Modem iDirect

 Cara setting modem iDirect

    Modem iDirect merupakan salah satu modem yang paling gampang di konfigurasi yang perna saya temui cukup anda upload file firmware (package) dan option file lalu anda bisa langsung pointing.

Berikut adalah panduan teknis untuk mengupdate firmware & opt file. Secara garis besar langkah2-nya
adalah sbb :
1. Update firmware modem
2. Upload opt file
3. Reboot modem
1. Update Firmware/Package Modem
1.1.Koneksikan port LAN Laptop (atau PC) ke port LAN modem iDirect dengan menggunakan kabel
cross.
1.2.Buka iSite. Secara otomatis modem akan terdeteksi.
Sesuaikan IP Address Laptop/PC Anda satu kelas dengan modem yg terdeteksi dari iSite.
setting modem iDirect
1.3.Klik kanan di modem iDirect dan pilih Login
setting modem iDirect
1.4.Ketik password default modem yaitu “iDirect” atau password yg diberitahukan oleh
administrator jika sudah bukan lagi password default. Kemudian klik OK
setting modem iDirect
1.5. Langkah selanjutnya adalah mengupdate versi firmware modem.
Jika file package yg Anda download memiliki 2 buah file yaitu cumulative (Linux) dan package (evo), maka Anda perlu menguploadkan 2x yaitu uploadkanlah terlebih dahulu yg cumulative (Linux) kemudian tunggu 3 menit lalu upload file package (evo). Untuk mengupload file package, klik kanan kemudian pilih Download Package
setting modem iDirect
1.6.Di kotak dialog Download Package klik tombol Folder
setting modem iDirect
1.7.Arahkan ke lokasi file image package di laptop Anda.
setting modem iDirect
1.8.Di kotak dialog Download Package pilih :
· Don’t check versions
· Download images only
· Don’t reset
Kemudian klik tombol Start
setting modem iDirect
1.9. Tunggu beberapa saat hingga proses-nya selesai hingga Dialog Download Package
menampilkan tulisan “Done”.
setting modem iDirect
Anda telah berhasil mendownload package ke modem iDirect Anda. Selanjutnya download
option file ke modem.
2. Upload Opt File
2.1. Dari iSite, klik kanan modem yg terdeteksi dan pilih Download Option from Disk.
setting modem iDirect
2.2. Arahkan ke lokasi folder dan tunjuk option file di laptop Anda, kemudian klik tombol Open
setting modem iDirect
2.3. Klik tombol Yes jika iSite meminta konfirmasi download.
2.4. Setelah iSite memberikan informasi “Download Successful”, klik tombol Reset Now u/ mereboot
modem iDirect.
Catatan : Sekarang sudah AMAN untuk meng-klik RESET NOW karena Aplikasi, image package
dan option file semuanya menggunakan satu versi yg sama.

Aktivasi jaringan Antenna VSAT




Cara Setting Modem V-SAT

Cara mengkonfigurasi Modem VSAT. Perangkat yang digunakan untuk tutorial ini adalah modem Hughes HX50. Untuk langkah-langkah nya bisa dilihat dibawah :

Pertama yang harus diperhatikan adalah peralatan. Antara lain seperti berikut :
  • PC / Notebook dilengkapi dengan Port Ethernet LAN
  • Kabel LAN / UTP kabel RJ 45 Cross
  • Tools lengkap untuk pemasangan Instalasi Antena



Ilustrasi Koneksi Modem ke PC ( Laptop ) :

IP Default pabrik untuk modem Hughes HX50 adalah 192.168.0.1 / 255.255.255.252. Maka Set Ethernat  LAN PC / Komputer anda dengan IP Address 192.168.0.2 Subnet Mask 255.255.255.252, dengan Gateway 192.168.0.1 / IP Modem Hughes HX50 (seperti contoh dibawah menggunakan OS Windows XP)
  • Masuk ke menu Control Panel – Network Conection – Local area conection.
  • Klik Properties – Internet Protocol ( TCP/IP ).
  • Masukan seting IP diatas seperti gambar dibawah ini :


  • Buka Command Prompt dengan cara Klik Start – Run


  • Lihat apakah settingan IP sudah tersimpan dengan menggunakan pertintah ipconfig di CMD

  • Lalu Test koneksi dengan melakukan Ping ke perangkan modem Hughes HX50. Masukan perintah Ping 192.168.0.1

  • Setelah ping berhasil, lakukan telnet ke IP HX50 pada port 1953 agar kita bisa configure Remote perangkat tersebut :
  • Maka anda akan diarahkan ke menu utama dari modem ini :
  • Informasikan serial ESN tersebut ke Hub NOC Anda dan kemudian mintalah VSAT Management IP  Address  Remote yang akan kita pasang.
  • Mintalah konfigurasi modem Hughes HX50 yang akan kita masukan kepada HUB NOC anda. Contoh pengisian parameter modem Hughes HX50 : 
Main Menu:
 (a)  Configure Boot Parameters
 (b)  Display Current Configuration
 (c)  Display Satellite Interface Statistics
 (d)  Display Active Routing Table
 (f)  Run Software Download Monitor
 (h)  Display Reset History
 (i)  Installation
 (pc) (Parameter Clear)     Clear Configuration
 (pw) (Parameter Write)     Write Configuration
 (rr) (Gateway Reset)       Reset the Gateway
 (rd) (Gateway Deconfigure) Force Download and Acquire New Keys
 (z)  Logout
Sebagai contoh, konfigurasinya seperti ini :
Main Menu (<?/CR> for options): a
Type \ followed by <CR> at any time to return to the main menu
Type - followed by <CR> to go back one parameter
VSAT Return Path (1 = Receive Only, 2 = Inroute, 3 = LAN1, 4 = LAN2) <2>: 2
Satellite Longitude degrees <99>: XXX
Satellite Hemisphere (0 = East, 1 = West) <1>: X
VSAT Longitude degrees <77>: XXX
VSAT Longitude minutes <18>: XXX
VSAT Longitude Hemisphere (0 = East, 1 = West) <1>: X
VSAT Latitude degrees <39>: X
VSAT Latitude minutes <8>: XX
VSAT Latitude Hemisphere (2 = North, 3 = South) <2>: X
Satellite Channel Frequency <13300 x100Khz>: XXXXX
Receive Symbol Rate <22000000 Sps>: XXXXXXX
Frequency Band / Modulation (? For Options) <1>: X
Rx Polarization (0 = Vertical. 1 = Horizontal) <1>:X
Tx Polarization (0 = Horizontal. 1 = Vertical) <0>:X
LNB 22KHz Switch (0 = Off. 1 = On) <0>:X
DVB Mode (1 = DVB-S, 2 = DVB-S2-CCM, 3 = DVB-S2-ACM) <1>: X
DVB Program Num for user data <0>: XXXXX
DVB Program Num for DNCC data <0>: XXXXX
LAN1 IP Address <0.0.0.0>: XXX.XXX.XXX.XXX
LAN1 Subnet Mask <255.255.255.0>: XXX.XXX.XXX.XXX
LAN2 IP Address <0.0.0.0>:
LAN2 Subnet Mask <255.255.255.0>:
Number of Static Routes in Routing Table <0>:
IP Gateway IP Address <100.100.100.100>: XXX.XXX.XXX.XXX
SDL Control Channel Multicast IP Address <224.0.1.4>: XXX.XXX.XXX.XXX
VSAT Management IP Address <10.0.0.0>: XXX.XXX.XXX.XXX ( dari HUB NOC )
Default Gateway (meaningful for LAN return path only) <10.0.0.10>: XXX.XXX.XXX.XXX
Main Menu (<?/CR> for options): pw
Writing the configuration file may reboot this VSAT
Write Configuration - Are you sure? (y/n): y
Main Menu (<?/CR> for options):
Modem akan reboot untuk menyimpan konfigurasi

Contoh konfigurasi :
  • Antena Pointing
Lakukan Pointing Antena / arahkan Antena ke Satellite yang akan digunakan sampai nilai SQF di pojok kiri bawah hingga Maksimal dengan (dengan merubah AZIMUT, ELEVASI dan memutar POLARIZATION/FEEDHORN).

Menu Pointing :
Setelah kita dapat Pointing dan hasilnya maksimal ( nilai SQF naik menjadi lebih kurang 85 sampai dengan 91 ) , untuk melakukan CROSSPOLE HUBUNGI HUB NOC anda , untuk  C/W dari remote di lakukan melalui HUB NOC,
Setelah NOC menyatakan bahwa Remote tersebut sudah C/W langsung koordinasi dengan pihak pengontrol satelite untuk melakukan proses Crosspole.
Lakukan pergerakan Antena sebagai mana kita melakukan Crosspole biasanya.
Setelah nilai yang di capai sudah berhasil ( contoh CPI berkisar 35 sd 40 dB).
Mintalah Remote tersebut di normalkan kembali.
Setelah Crosspole berhasil dan remote sudah di normalkan kembali,
Masuk ke Main Menu seperti gambar di bawah ini kemudian lakukan Ranging pada Menu I (Installation)

Gambar saat Ranging 
Gambar setelah Ranging selesai
Gambar Statistic modem
Gambar setelah complete download
Gambar Status PEP Connected 
Samakan Network LAN PC dengan konfigurasi IP LAN1 Modem sesuai dengan IP yang dipergunakan. Maka IP modem akan menjadi IP Gateway untuk semua PC atau komputer network lokal.